Menjadi relawan tidak serta merta menjatuhkan wibawa seorang anggota DPRD. Justru dengan menjadi relawan kemanusiaan dalam program penanggulangan kemiskinan akan membuktikan komitmen seorang politisi kepada konstituennya.
Begitu kata Ramlah Bumolo, anggota Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) Kelurahan Ipilo, seorang perempuan bersahaja. Am, sapaan akrabnya. Oma dari empat orang cucu ini adalah sosok perempuan luar biasa. Setumpuk kegiatan selalu menjadi rutinitas sehari-hari, mulai dari mengatur rumah tangga sebagai wujud tanggung jawab seorang ibu, mengikuti berbagai macam kegiatan sosial sebagai proses aktualisasi diri sampai pada tugas pokoknya sebagai seorang anggota Komisi B di DPRD Kota Gorontalo.
Kesalehan sosial dan keberpihakan tanpa pamrih pada rakyat kecil, terutama pada kelompok perempuan, mendorongnya menyabet penghargaan sebagai Perempuan Peduli dari Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan tahun 2001. Ya, ibu satu putra dan dua putri ini memang sangat perhatian dengan persoalan pemberdayaan, apalagi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan penduduk—terlebih penduduk yang tergolong miskin.
Betapa tidak, meski aktivitasnya di kantor dewan begitu padat, perempuan kelahiran Gorontalo, 4 Mei 1958 ini selalu menyempatkan diri untuk menyapa dan berbagi suka-duka bersama masyarakat di sela-sela waktu senggangnya.Keseharian Am yang begitu bersahaja membuatnya sangat dekat dengan masyarakat sekitar. Hal ini dibuktikan dengan terpilihnya kembali Am dalam proses pembentukan BKM—ia dua kali terpilih. Walau sebelumnya ia tidak pernah terlibat secara langsung mengikuti tahapan pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan, kepercayaan lah yang membuat masyarakat menaruh harapan padanya.
Dalam pemilihan BKM di periode 1 tahun pertama (2005-2008) Am terpilih secara langsung oleh masyarakat dengan suara terbanyak. Walau demikian, karena tugas sebagai anggota DPRD mengharuskannya berada di luar daerah, di periode pertama itu Am tidak dapat menjalankan amanah dari masyarakat dengan lancar.
Namun, kepercayaan masyarakat pada perempuan paruh baya ini tidak pupus. Pada proses pemilihan BKM periode kedua (2008-2011), ia kembali terpilih dengan jumlah suara terbanyak. Am kembali dipercaya oleh masyarakat untuk mengemban jabatan Koordinator BKM dan amanah sebagai wakil masyarakat dalam rangka menanggulangi kemiskinan. “Amanah masyarakat kali ini saya terima dengan penuh rasa sabar dan ikhlas,” katanya dalam diskusi sambil ngopi di rumahnya sore itu.
Pengalaman di berbagai kegiatan sosial serta pengalamannya memimpin LSM Perempuan Peduli membuat Am mudah menyesuaikan diri dalam menjalani pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan, apalagi menjadi seorang koordintor BKM. Serangkaian diskusi sering dilakukannya, baik dengan masyarakat, BKM maupun fasilitator. Berjam-jam melakukan diskusi terasa singkat menurutnya, karena hal ini dilakukan untuk mengasah kemampuan serta memperkaya ilmu yang telah dimiliki.
Kiprahnya sebagai Koordinator BKM Lestari Kelurahan Ipilo, Kecamatan Kota Timur, Kota Gorontalo patut diacungi jempol. Walau seluruh tahapan, sebagai proses pembelajaran di PNPM Mandiri Perkotaan tidak dilalui dengan sempurna, pemahaman Am terhadap konsep pemberdayaan tidak perlu diragukan lagi. Fungsi koordinasi terhadap anggota BKM benar-benar diterapkan. Bahkan, ketika tidak berada di tempat pun ia selalu mendelegasikan tugasnya kepada anggota BKM lain agar kinerja organisasi BKM tetap berjalan lancar. Dan, Am tidak pernah mentasbihkan dirinya sebagai seorang pemimpin yang single fighter.
“Kejujuran dan keikhlasan adalah modal terbesar dalam menjalani hidup,” tegas Am. Prinsip hidup ini dijadikan prinsip dasar dalam menakhodai “kapal” yang dinamai BKM Lestari.
Sebagai seorang koordinator BKM dan tanggung jawab menjalankan amanah masyarakat membuat hatinya tergerak untuk selalu dapat menyapa masyarakat secara langsung. Dan, tak pernah sedikit pun dalam benaknya membedakan latar belakang ras, suku, antargolongan di masyarakat, walau Am adalah seorang politisi.
Tak jarang proses monitoring dan evaluasi dilakukan secara langsung di lapangan, sembari melakukan diskusi dengan masyarakat dalam rangka penguatan tentang proses pembelajaran serta memotivasi untuk dapat mengubah pola pikir masyarakat.
Dalam menjalankan tugasnya, banyak suka duka telah dialaminya, mulai dari perlawanan sengit anggota Unit Pengelola Keuangan (UPK) yang dibentak dan dicaci-maki oleh anggota KSM, ketika Am mendampingi UPK dalam proses penanganan masalah. Kejadian lain adalah pintu rumah dibanting oleh pemiliknya, ketika Am datang. Namun itu adalah hal biasa, menurutnya. “Demi sebuah kemaslahatan, badai pun akan diterjang,” tandas Am.
Ia berpendapat, pemberdayaan adalah sebuah proses memampukan orang serta membuat orang yang lemah untuk mampu berkuasa atas diri sendiri agar tidak mudah diperdaya oleh orang lain. Untuk itu, pelaku yang memfasilitasinya pun harus orang-orang luar biasa yang tak gentar diterpa badai dan tak surut diterjang gelombang.
Inilah sebuah semangat yang patut diteladani oleh seluruh pelaku pemberdayaan. Di tengah beragamnya ide dan kebosanan para pelaku dalam melakukan pendampingan, ternyata masih ada sosok perempuan luar biasa yang tetap eksis menyemangati masyarakat, agar konsep pemberdayaan yang bertumpu pada nilai moral yang diterapkan di PNPM Mandiri Perkotaan ini mampu memberdayakan masyarakat.
Sumber Berita : Website PNPM Perkotaan (www.p2kp.org)
0 komentar:
Posting Komentar